Sejak pergantian guru matematika hari itu, semuanya berubah.
Kebanyakan teman sekelas, khususnya sekali yang perempuan akan bercermin dan
menyapu pipinya dengan bedak tipis sebelum guru baru itu masuk kelas. Not with me.
Apa hebatnya guru ini? Kenapa teman-temanku sibuk begini?
Tidak seperti guru sebelumnya. Apa mereka hanya melihat dari fisik bukan pada "isi"? Apa hanya melihat pembawaannya? Ah.. mereka semua terlalu subjektif.
Aku mencoret-coret kertas semaunya, mengabaikan apa yang
guru baru itu sedang dijelaskan. Sementara yang lain sibuk memperhatikan,
berlomba mencari perhatian guru baru. Anak laki memperhatikan seadanya.
Materi yang sama seperti yang dijelaskan guru lama. Sudah,
aku sudah mengerti. Rani menyenggol tanganku, memerintahkan untuk fokus.
Siapalah dia? Hanya teman sebangku.. Untuk apa aku menuruti perintahnya.
Satu dua murid maju ke depan kelas untuk mengerjakan latihan
soal yang diberikan, aku mencuri waktu untuk izin ke toilet. Tidak, itu hanya
alasan saja agar bisa keluar kelas.
15 menit di luar kelas. Aku yakin guru itu takkan sadar.
Takkan sama sekali.
Kenapa semangat untuk pelajaran ini menguap? Menguap entah
kemana, ah mungkin semangatnya dibawa kabur oleh guru lama.
Guru lama, teman-teman tidak
menyukainya.
Lagi dengan alasan subyektif.
Kenapa sih manusia menilai sesuatu dengan subjektif? Kenapa?
Aku berusaha objektif. Objektif pada guru lama dan objektif pada guru baru ini.
Aku memutuskan masuk kelas..
Dan tepat, ia tak sadar kan. Aku yakin, ia tak sadar aku
muridnya jika suatu hari kita bertemu di luar kelas. Beda dengan guru lama. Ah
sudahlah, aku tak ingin membandingkan. Aku juga subjektif ya?
Aku benci pergantian guru di tengah semester berjalan begini.
0 komentar:
Posting Komentar