Jumat, 19 Februari 2016

Selamat Jalan Pak Guru..

Hari ini, ketika saya membuka notifikasi facebook dan chat group saya menemukan sebuah kabar duka. Seorang guru yang saya cukup kenal saat masa putih abu-abu dulu telah berpulang kepadaNya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. 

Beliau bernama Pak Albertus. Semua murid Telkom pasti kenal beliau. Dia guru Agama Kristen. So, saya ngga pernah merasakan diajar beliau.
Dari tahun pertama sampai tahun ketiga di Telkom yang saya ingat dia selalu menjadi guru piket. Setiap hari apa saja ya? Kalau tidak salah hari Senin, terus..hari apa lagi ya? Ah, sayang saya lupa.
Beliau tutup usia di umur 65 tahun (18/02), hampir 66 tahun pada tanggal 2 Maret mendatang. 
Saat saya mulai bersekolah disana, 2009 silam, berarti umurnya sudah memasuki 59 tahun.

Muka batak, suara besar, kacamata menggantung di hidung, harus membaca dengan jarak yang dekat, ah what else Pak? Yang pasti saya ingat adalah beliau selalu rajin masuk dari satu kelas ke kelas lainnya untuk menanyakan kepada ketua kelas siapa saja murid yang absen. Ya, dengan umur yang tak lagi muda (jika dibanding dengan guru piket lainnya) Beliau masih strong berjalan dan berkeliling dari ujung kelas ke ujung kelas lainnya. AH.. beberapa murid yang pernah terlambat datang pasti pernah berurusan dengan beliau dan beliau dengan senang hati menghadiahi mereka yang terlambat dengan poin pelanggaran.

Saya terlalu manis untuk melakukan pelanggaran saat berseragam putih abu-abu, jadi sejauh saya mengingat saya tidak pernah berurusan dengan Beliau. Oh God, He is Legend.

Sahabat saya, Utiraa, merasakan diajar beliau dalam pelajaran Agama. Kalau beberapa teman saya bertanya kepada Utiraa gimana saat Pak Bertus mengajar, Utiraa pasti menjawab Dia baik banget kalau lagi ngajar.

Ketika saya pulang sekolah suatu hari, dan seingat saya bersama Utiraa juga, saya melihat Pak Bertus mencangklong sebuah tas ransel. Tas ranselnya membuat saya tertawa. Karena apa? Karena modelnya. Tas yang beliau pake adalah sebuah tas ransel dengan model seperti tas anak kecil, ah ya lebih tepatnya tas ransel itu sangat lebih baik digunakan oleh cucu Beliau daripada Beliau. Saya memberitahukan hal tersebut kepada Utiraa, kami tertawa bersama dan detik berikutnya saling ber-ssshh karena merasa bersalah sudah menertawakan Beliau.

Ketika saya memeriksa chat di group pagi tadi, saya juga menemukan sebuah foto beliau—sepertinya kondisi sebelum meninggal, yang tertidur hanya dengan dilapisi alas tikar, bantal bertumpuk dan selimut yang menutupi hingga dada. Oh Pak Guru. 
Saya pun menemukan foto beliau yang lain. Foto saat Beliau sudah tertidur selamanya, telah kembali kepadaNya. Beliau menggunakan pakaian terbaik ; kemeja putih, dasi yang terlilit dengan rapi, jas hitam, celana panjang kecoklatan dan sepasang sarung tangan.

Selamat jalan Pak Albertus.
Beristirahatlah dengan damai.
Semoga segala amalmu diterima disisiNya.

Aamiin.


-ANR-

0 komentar:

Posting Komentar