Judul : Tiga Cara Mencinta
Penulis : Irene Dyah Respati
Penerbit : Gramedia
Tahun Terbit : 2014
Halaman : 186 hal
Harga : Rp 48,000
Aliyah : Gue hamil, Jeng… dan kayaknya bukan anak Takuma.
Ajeng : Menurut gue Takuma enggak akan nyadar itu bukan
anaknya.
Miyu : Kecuali kalau golongan darahnya berbeda denganmu atau
Takuma-san
Ajeng : Atau suatu saat perlu uji DNA.
Miyu : Atau… bayimu lahir berambut pirang….
Aliyah merasakan beratnya perjuangan berumah tangga dengan
mualaf. Takuma suaminya bukan saja melupakan janji untuk belajar agama, tapi
juga makin tak acuh dan lebih memilih menyibukkan diri dalam pekerjaan. Kala
hati dan pikiran keduanya makin jarang bertemu, Aliyah pun bermain-main dengan
cinta lain… untuk kemudian mendapati dirinya hamil.
Bersama dua sahabat yang baru dikenalnya, Ajeng gadis
metropolis yang alergi terhadap kata “nikah” dan Miyu gadis Jepang yang lebih
mirip putri Solo, Aliyah berusaha mengurai benang kusutnya. Akankah jalinan
kasih di Jepang-Thailand-Indonesia ini semakin jauh memisahkan Aliyah dan
Takuma, ataukah justru membukakan hati keduanya?
***
Mereka bertiga tak menyadari, ini adalah pertanda bahwa di lain tempat, di lain waktu, di masa depan, mereka akan mengalami kejadian serupa. Aliyah terpeleset, dan Ajeng serta Miyu mengulurkan tangan membantunya – hal 13
Tokoh utama dalam novel ini adalah tiga perempuan—Aliyah,
Miyu, Ajeng—yang awalnya tak saling mengenal tapi tak sengaja bertemu saat
sama-sama menghadiri festival Loy Krathong di Thailand dan akhirnya menjadi
Tiga sahabat.
“Wow, seru banget nih, perkumpulan baru. Aliyah dari Jakarta tinggal di Jepang, gue dari Solo lama tinggal di Jakarta dan sekarang di Bangkok, lalu Miyu orang Jepang tapi sudah kelunturan Solo!” – hal 17
Tema yang diangkat dalam novel ini adalah persahabatan dan
percintaan yang ditambah bumbu pengkhianatan. Sesuai judulnya, tiga tokoh utama
memiliki cara mencinta yang berbeda. Aliyah merupakan satu-satunya yang sudah
menikah di antara Ajeng dan Miyu. Aliyah menikah dengan seorang mualaf Jepang
bernama Takuma dan sudah mempunyai seorang putri kecil, namun sayang Aliyah
merasa tidak terlalu puas dengan pernikahannya. Muncullah sosok Je, seorang
instruktur sekolah bahasa Inggris tempat Aliyah bekerja. Sifat Je mirip seperti
Hitler, tapi di sisi lain juga memiliki sifat manis dan hangat yang membuat
Aliyah tertarik pada Je.
“Baru kali ini aku merasa begitu tertarik kepada pria..” Aliyah menutup.“Yang bukan suamimu” Ajeng memotong, dan sedikit tersenyum
“Pernikahanmu bahagia, Aliyah?” Ajeng bertanya ringan.“Bahagia itu relatif, ya. Aku mencintai keluarga kecilku. Sangat mencintai mereka. Tapi mungkin miyu lebih tahu bagaimana bentuk pernikahan dengan pria Jepang” Aliyah melirik Miyu - hal 34
Miyu, si gadis Jepang, mencinta dengan caranya sendiri, ia
berusaha teguh dan memilih memendam rasa yang muncul daripada harus
mengungkapkannya. Dari mereka bertiga, Miyu-lah yang paling bijaksana.
"Kenapa aku justru tidak bisa membenci orang ini, yang merayu bertubi-tubi sementara kutahu telah beristri? ….. Aku tidak ingin menjadi pengganggu. Biar kusimpan sendiri rasa itu. Biar aku sendiri merindu tanpa dia tahu." - hal 51
Sedangkan Ajeng terlalu nyaman dengan gaya hidupnya; lajang,
bebas, dan karier menanjak. Ia tidak memikirkan pernikahan. Ajeng terlalu trauma
pada cinta. Pengkhianatan yang diterimanya pada cinta pertama membuat hatinya
mati, semenjak itu dia berjanji tidak akan melibatkan hati dalam hubungan
dengan laki-laki.
“…Pernikahan mengotak-kotakkan manusia. Bagaimana bila kita merasa bertemu jodoh setelah kita menikah? Apakah kita harus berpisah dengan pasangan sebelumnya? Pernikahan membuat proses berpisah itu semakin ruwet…” - hal 52
Ketertarikan Aliyah pada Je membuat masalah baru, Aliyah
hamil. Ajeng menyarankan Aliyah untuk menggugurkan kandungannya, sedangkan Miyu
tidak menyetujui opsi yang diajukan Ajeng, Miyu menyarankan agar mengaku dan
bicara baik-baik dengan Takuma.
Ajeng : Hhh… ini kenapa jadi gue yang kayak bad-guy ya, nyetanin Aliyah gugurin kandungan. Miyu yang orang Jepang, yang semestinya logis dan praktis, malah mendadak jadi malaikat religius. Kamu juga jadi takut Tuhan, ya, Miyu?Miyu : Bukan begitu, Jeng. Aku Cuma merasa tidak nyaman dengan solusi jalan pintas seperti itu. Bertentangan dengan hati nurani. Entah ada hubungannya atau tidak dengan takut kepada Tuhan, aku merasa ini salah. Itu yang membuatku ragu. - hal 134
Apakah kehamilan Aliyah akan diketahui Takuma? Apakah
keputusan akhir yang akan diambil Aliyah? Menyetujui opsi yang diajukan Miyu
atau Ajeng? Dan…ketika cinta baru hadir pada kehidupan Ajeng dan Miyu apakah
mereka akan teguh pada prinsip awal mereka masing-masing?
***
Tiga Cara Mencinta karya Irene Dyah Respati merupakan novel bergenre Dewasa. Setelah saya baca keseluruhan, menurut saya, novel ini aman kok untuk dibaca buat remaja. Ngga ada adegan 'hot banget' yang diumbar dalam novel ini.
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah campuran maju –
mundur. Sedangkan sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang
ketiga. Tapi, ada satu bab yang—sepertinya tidak sengaja—menggunakan sudut
pandang pertama, padahal bab yang lain full
menggunakan sudut pandang orang ketiga. Namun, aku merasa alur yang disajikan dalam novel ini sedikit terlalu cepat hehe.
Dalam novel ini, mba Irene harus membuat tiga
tokoh utama dengan tiga sifat dominan yang berbeda. Ada tokoh yang karakternya labil seperti Aliyah, ada tokoh yang karakternya bijaksana seperti Miyu, dan ada karakter perempuan metropolis seperti Ajeng. Menurutku, mba Irene
membuat karakter-karakternya dengan baik dan berhasil menghidupkannya. Interaksi antartokoh melalui dialognya cantik. Aku paling
suka dialog-dialog Ajeng, kesan Ajeng yang metropolis dapet banget, dan dialog
Ajeng lebih santai dibanding dialog Miyu dan Aliyah. Sayangnya, interaksi
antara Aliyah dan sang suami--Takuma sangat sedikit dalam novel ini, ah semoga pas
sekuelnya bisa lebih banyak ya mba Irene. Penasaran sama sifatnya Takuma euy!
Kayanya sih tipe-tipe romantic husband deh :p
#FYI Rencananya akan ada sekuel dari novel Tiga Cara Mencinta, akan ada dua novel lagi yang nantinya masih berhubungan dengan cerita Aliyah-Ajeng-Miyu.
Mba Irene mampu mengatur emosi pembaca. Ada saat dimana pembaca akan gemes bin gregetan membaca kelakukan Aliyah si tokoh utama dan ada saat dimana pembaca akan merasa simpati pada Aliyah saat ia mengalami posisi paling terpuruk. Kehadiran Miyu dan Ajeng sebagai sahabat baru Aliyah yang selalu setia menemaninya dan membantu Aliyah melewati masa keterpurukannya really really nice.
Miyu, Ajeng, Aliyah mereka sahabat baru, karakter dan sifatnya saling bertolak belakang, namun mereka saling mengisi dan saling membantu walau mereka belum terlalu lama mengenal, ah cute enough, right?
Karena novel ini memang berfokus pada Aliyah, jadi konflik terbesar dalam novel ini memang terletak pada Aliyah. Miyu dan Ajeng juga memiliki konflik masing-masing namun tidak dibuat dominan, konflik yang dialami Miyu dan Ajeng adalah konflik ringan sebagai pendukung cerita.
Pembaca dapat mengambil pelajaran dari konflik-konflik yang muncul dalam novel ini. Ada konflik suami yang seorang mualaf namun masih belum mualaf banget (re: Islam KTP), ada juga konflik perempuan metropolis yang ingin hidup lajang, bebas dan tidak berpikiran untuk menikah. Duh! :))
Endingnya? Unpredictable :D
Dalam novel ini, mba Irene akan mengajak kita merasakan suasana festival Loy Krathong di Thailand, juga suasana perumahan daerah Azabu sebagai area termahal kedua di Tokyo.
Setting yang dipilih dalam novel ini ada Tiga lokasi! Iya Tigaaa! Jepang-Thailand-Indonesia. Jepang
untuk Aliyah, Thailand untuk Ajeng, Indonesia—tepatnya Solo—untuk Miyu.
Penggunaan tiga lokasi yang berbeda, menurutku, bukanlah hal yang mudah,
penulis harus pintar-pintar menempatkan porsi lokasi secara sesuai. Selain itu,
perlu riset yang ekstra dengan tiga lokasi yang berbeda untuk memperkuat serta
mempertegas isi cerita yang dibangun. Tapi, itu bukanlah hal yang terlalu
sulit—menurutku—untuk mba Irene. Pengalamannya yang sempat stay di Bangkok
untuk pekerjaan, pernah stay di Jepang untuk menimba ilmu, dan lahir di
Surakarta tentu mempunyai andil dalam penulisan Tiga Cara Mencinta.
"Aku yakin kalau kita melakukan sesuatu dengan niat baik, semesta alam pasti akan membantu." - hal 137
Covernya manis sekali ya? Tiga perempuan sebagai visualisasi tiga tokoh utama, menggambarkan asal mereka dan menggambarkan style mereka. Yang paling kiri? pasti ilustrasi Miyu, yang tengah? menurutku untuk Aliyah, dan yang kanan? menurutku untuk Ajeng. *semoga ga kebalik =))*
Gimana? Udah ada bayangan tentang novel Tiga Cara Mencinta ini? Penasaran ingin mengetahui kisah Aliya-Miyu-Ajeng secara lengkap? Yukkk baca novel ini :)
Yang penyuka novel-novel sekuel sih....wajib banget punya novel ini untuk koleksi, hehe ;)
Hm... kayaknya seru, diajak keliling 3 negara, hehehe.
BalasHapusOh iya, kalau gak ada adegan "dewasa", terus yang bikin novel ini bergenre dewasa apa, kak? ._.
Pengen ikuttt jalan2 Jepang-thailand-indonesia, ada yg ngjak jalan2??Haha *gak ada*
BalasHapusSukaaa banget quotes ini "Aku yakin kalau kita melakukan sesuatu dengan niat baik, semesta alam pasti akan membantu." - hal 137
itu tuh tokoh ajeng, si gadis metropolis, dapet bingiittttssss....penasaran m sejarah munculnya alergi nikah si ajeng?????
BalasHapussepertinya ini buku bagus yang mengangkat 3 wanita dengan latar 3 negara. tapi dengan jumah halaman "hanya" 186 apakah tidak buru-buru endingnya ya? :|
BalasHapusJepang, Thailand, Indonesia. Negara-negara yang aku kagumi banget. Sekilas dibaca dari review Kak Ardina sih, cukup menawan untuk buku ini, ceritanya juga mungkin nggak biasa. Hmm, makin penasaran nih.
BalasHapusBerkaitan festival di Bangkok itu, aku sih cuma pernah nyanyiin lagunya, lagu Loy Krathong :D Semoga suatu saat ada yang bisa membawaku ke Bangkok sana dan menyaksikan festival yang satu ini. Amin...
baca reviewnya lalu terkesima //cielah//
BalasHapushihi penasaran sama si Miyu gadis Jepang yang lebih mirip putri Solo. nah gimana tuh jadinya :D
lalu tertarik banget dari cuplikan dari novelnya, "“Baru kali ini aku merasa begitu tertarik kepada pria..” Aliyah menutup.
“Yang bukan suamimu” Ajeng memotong, dan sedikit tersenyum" ^^,
Seru...kita diajak menyusuri alur cerita maju dan mundur...campuran lebih asiikk... :)
BalasHapusCover-nya lucu banget ^_^)), keren nih kayaknya nih novel, padahal baru baca resensi-nya doang..
BalasHapusEntah kenapa, aku penasaran dengan sosok Takuma :p
BalasHapuscovernya cewek banget, ceritanya dan judulnya dari resensi ini memuaskan, jadi tahu garis besarnya dan tetap penasaran kak Irene meramu cerita di novel ini.
BalasHapusWah, gue suka banget 3 negara ini. Apalagi indonesia hehehe
BalasHapusReviewnya bagus, bikin penasaran pengen baca lengkapnya. Berasa di ajak langsung jalan-jalan di negara-negara itu. Suka banget deh dengan karakter miyu hehehe
pas baca genre'nya aku lngsung mau ngebatalin ikut. Tapi menurut resensi dikatakan tak ada adegan dewasa, jadi aman. Lagian aku penasaran dengan kisah persahabatan mereka, dan apakah Aliyah akan menggugurkan atau mengaku atau apa?
BalasHapuswuihh~ ternyata ada sinopsisnya (?) ._.)
BalasHapussangat inspriratif dan memberikan pelajaran bahwa ada kejadian yang harus dijalankan setiap perempuan yang berat selama hidupnya..
BalasHapussepertinya ceritanya rumit ^.^ Jangan-jangan Takuma cinta Miyu?? kan ada kutipan kalimat
BalasHapus"Kenapa aku justru tidak bisa membenci orang ini, yang merayu bertubi-tubi sementara kutahu telah beristri? ….. Aku tidak ingin menjadi pengganggu. Biar kusimpan sendiri rasa itu. Biar aku sendiri merindu tanpa dia tahu." - hal 51
Katanya sih,kalau orang Jepang makin marah, dia akan makin sopan dan dingin. Bagaimana ya reaksi Takuma ketika mengetahu perselingkuhan istrinya?
sinopsisnya lengkap bgt =) trims ^.^
keterusan baca ampe lupa ini cuma review XD pengen baca dong .... apalagi ngisahin tentang 3 kepribadian yg berbeda. buat pelajaran gt, yg mana lbh baik yg mau ditiru :3
BalasHapusterus, mereka yg 3 org itu kayak tuker tempat gt ya? Miyu kok di solo? XD
kirain yg jepang-thailand-indonesia itu hubungan Aliyah ma percintaanya :|
mau baca weh bikin penasaran lbh jelas apa yg bakal dihadapi 3 sahabat ini nantinya ><
halo salam kenal :)
BalasHapusaku sudah baca review novel "tiga cara mencintai" dan jujur aku sangat suka sekali dengan jalan ceritanya. mengangkat tema kehidupan sehari hari yg real banget. ditambah dengan setingan 3 negara berbeda yaitu, Jepang-Thailand-Indonesia. Jujur aku emang suka banget jalan cerita yg seperti ini. berkeluarga dan mempunyai anak dan suami serta memiliki sahabat yang selalu ada di kala suka dan duka. Walaupun ini cuma reviewnya doan, kayanya novel aslinya bakal seru banget. udah keliatan soalnya hehe. penasaran dan excited sama novel ini! :) GOOD!!!
Aku pikir novel ini menceritakan hubungan LDR dimana tokohnya mengalami cinta segitiga. Wkwkwkwkwk.... ternyata ini kisah tentang 3 wanita, di 3 negara, dengan 3 kisah cinta. Wao... ini kayak kotak serba 3 ya?
BalasHapusreviewnya mantep banget. bikin penasarann ama ceritanya. apalagi sama tokoh2nya. goodluck deh ka!
BalasHapusKepo deh sama endingnya-.-
BalasHapusPengen>.<
Kisah persahabatan dan percintaan selalu menarik untuk dibaca. Beruntungnya Aliyah memiliki sahabat seperti Miyu dan Ajeng yang selalu mengulurkan tangan ketika ia terpeleset. That what a friend for :)
BalasHapusPengiiin dong baca..
BalasHapus