Hari ini, ketika saya membuka notifikasi facebook dan chat
group saya menemukan sebuah kabar duka. Seorang guru yang saya cukup kenal saat
masa putih abu-abu dulu telah berpulang kepadaNya. Innalillahi wa inna ilaihi
raji’un.
Beliau bernama Pak Albertus. Semua murid Telkom pasti kenal beliau.
Dia guru Agama Kristen. So, saya ngga pernah merasakan diajar beliau.
Dari tahun pertama sampai tahun ketiga di Telkom yang saya
ingat dia selalu menjadi guru piket. Setiap hari apa saja ya? Kalau tidak salah
hari Senin, terus..hari apa lagi ya? Ah, sayang saya lupa.
Beliau tutup usia di umur 65 tahun (18/02), hampir 66 tahun pada
tanggal 2 Maret mendatang.
Saat saya mulai bersekolah disana, 2009 silam, berarti umurnya sudah
memasuki 59 tahun.
Muka batak, suara besar, kacamata menggantung di hidung, harus membaca dengan jarak yang dekat, ah what else Pak? Yang pasti saya ingat adalah beliau selalu rajin masuk dari
satu kelas ke kelas lainnya untuk menanyakan kepada ketua kelas siapa saja murid yang absen. Ya, dengan umur yang tak lagi muda (jika dibanding dengan guru piket lainnya) Beliau masih strong berjalan dan berkeliling dari ujung kelas ke ujung kelas lainnya. AH.. beberapa murid yang pernah terlambat datang pasti pernah berurusan dengan
beliau dan beliau dengan senang hati menghadiahi mereka yang terlambat dengan poin pelanggaran.
Saya terlalu manis untuk melakukan pelanggaran saat
berseragam putih abu-abu, jadi sejauh saya mengingat saya tidak pernah
berurusan dengan Beliau. Oh God, He is Legend.
Sahabat saya, Utiraa, merasakan diajar beliau dalam
pelajaran Agama. Kalau beberapa teman saya bertanya kepada Utiraa gimana saat
Pak Bertus mengajar, Utiraa pasti menjawab Dia baik banget kalau lagi ngajar.
Ketika saya pulang sekolah suatu hari, dan seingat saya
bersama Utiraa juga, saya melihat Pak Bertus mencangklong sebuah tas ransel.
Tas ranselnya membuat saya tertawa. Karena apa? Karena modelnya. Tas yang
beliau pake adalah sebuah tas ransel dengan model seperti tas anak kecil, ah ya
lebih tepatnya tas ransel itu sangat lebih baik digunakan oleh cucu Beliau daripada
Beliau. Saya memberitahukan hal tersebut kepada Utiraa, kami tertawa bersama
dan detik berikutnya saling ber-ssshh karena merasa bersalah sudah menertawakan
Beliau.
Ketika saya memeriksa chat di group pagi tadi, saya juga menemukan
sebuah foto beliau—sepertinya kondisi sebelum meninggal, yang tertidur hanya
dengan dilapisi alas tikar, bantal bertumpuk dan selimut yang menutupi hingga
dada. Oh Pak Guru.
Saya pun menemukan foto beliau yang lain. Foto saat Beliau sudah tertidur
selamanya, telah kembali kepadaNya. Beliau menggunakan pakaian terbaik ; kemeja
putih, dasi yang terlilit dengan rapi, jas hitam, celana panjang kecoklatan dan
sepasang sarung tangan.
Selamat jalan Pak Albertus.
Beristirahatlah dengan damai.
Semoga segala amalmu diterima disisiNya.
Aamiin.
-ANR-
0 komentar:
Posting Komentar