Sebelum momentnya berlalu jauh, sangat lebih baik jika saya
segera menuliskannya. Well. It’s about Jakarta Book & Education Fair 2015.
Tapi, saya juga ngga sabar untuk menuliskan cerita magang minggu pertama saya
di RS sih! RS mana? Oh wait guys, I tell
you later.
Oke, Kesan JakBook tahun 2014 terlalu melekat di benak saya,
dan sayangnya saya melewatkan moment untuk menceritakan hal tersebut dalam
postingan blog saya. Siapa suruh malas Dina? So, tahun ini beneran deh saya ngga mau melewatkan moment.
Apa sih din dari tadi ngomong moment-moment mulu.
Tahun lalu, Jakbook diselenggarakan di akhir bulan Mei—sepertinya
tahun-tahun sebelumnya juga begitu. Tapi, tahun ini jadwal Jakbooknya mundur
banget broh :( Jadi, akhir bulan Juni.
Kenapa sih sampai ketunda gitu?Ternyata karena kisruh APBD DKI yang sempat mencuat beberapa bulan silam. Kalau lupa, silahkan gugling ya mba mas..
Tapi.. ada yang beda dengan Jakbook tahun ini.
Pertama, nama
eventnya. Biasanya kan Jakarta Book Fair, tahun ini bertransformasi menjadi
Jakarta Book & Education Fair 2015.
Kenapa ada perbedaan sih?Oh ternyata, karena tahun ini IKAPI bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk mengadakan event ini.
Yang biasanya Jakbook berisi berbagai buku-buku yang bikin super
khilaf, tahun ini lebih bervariasi karena berisi booth-booth yang menjual
berbagai keperluan sekolah seperti tas, seragam, sepatu hingga alat tulisnya.
Yes, sasaran Jakbook tahun ini berorientasi kepada anak sekolah, lebih tepatnya
kepada pemegang KJP (Kartu Jakarta Pintar) yang dapat berbelanja kebutuhan
sekolah mereka di pameran ini. You are right, pameran ini pastinya mendapat
dukungan penuh dari sang Gubernur DKI, Pak Ahok. Hallo Pak!!
Kedua, tempat event. Biasanya di Istora Senayan, tahun
ini digeser sedikit ke Parkir Timur Senayan.
Jakbook dimulai dari tanggal 27 Juli – 3 Agustus 2015.
Alhamdulillah, saya masih libur saat acara tersebut. YAY. Jadi, bisa kesana
kapan saja deh~ Hihiw. Kebetulan, saya menang kuis yang diadakan di twitter
@JakartaBookFair , jadi saya wajib banget ke acara ini.
Alhamdulillah~
Walaupun pas lihat
daftar pesertanya agak sedih sih :( Soalnya, penerbit yang terlibat di pameran
ini sedikit sekali. Peserta non-penerbit benar-benar mendominasi. Walaupun
begitu, tetap saja ngga menghilangkan semangat saya untuk datang ke pameran.
Kalau kata anak zaman sekarang mah, BMan gitu deh.
Sedikit loh itu :(
Kurang lebih realita denah stand penerbit di Jakbook tahun ini.
Iya, stand penerbit yang dilingkari ._.
Sisanya non penerbit
Niat awalnya nih. Pengen banget datang ke Jakbook pas hari
pertama, namun karena ada satu dan lain hal yang harus banget diurus, jadilah
saya datang ke Jakbook hari keduanya (Selasa, 28 Juli 2015). Eh pas pagi-pagi hari kedua Jakbook,
setelah melakukan rutinitas stalking sana-sini, eh saya menemukan fakta bahwa Pak
Gubernur yang harusnya membuka acara Jakbook malah ngomel-ngomel ke pihak
panitia karena harga barang-barang non-penerbit dijual dengan harga lebih
tinggi daripada harga pasar. Malahan dia menyarankan agar pemilik KJP tidak
berbelanja di pameran itu… Plis, bayangin gimana rasanya jadi panitia pameran
digituin sama pak gubernur….:(((
Kamu bisa baca beritanya disini
Singkat kata, akhirnya sampailah di Parkir Timur Senayan
tempat Jakbook digelar. MasyaAllah, crowded banget brohhhh… Yang kebanyakan
datang adalah orang tua para pemegang KJP yang ingin belanja kebutuhan
peralatan sekolah anaknya.
Satu, ibu-ibu bapak-bapak
yang lugu abis. Saya menjadi saksi mata keluguan mereka :’D Saya menjadi saksi
mata betapa sabarnya—walau dalam hati dijamin pengen melambaikan tangan ke
kamera—para petugas bank DKI yang melayani buanyak sekali orang tua yang
menanyakan informasi serupa.
X : “Mba ngambil formulir dimana?”Y : “Disana ya bu, tapi lagi abis”Beberapa saat kemudian datang lagi orang yang berbeda “Mba formulir ngambil disini?”Begitu aja terus.
Atau.. “Mba, saya lupa PIN ATMnya..”
Atau ternyata KJPnya belum aktif gitu deh
Dua, mesin untuk debet belanjaannya error. Jadi kan,
katanya belanja di Jakbook tahun ini harus non-tunai, untuk pemegang KJP bisa
menggunakan KJP. Sedangkan non-KJP menggunakan Jakcard.
Karena saya ngga punya
KJP, berarti saya bisa menggunakan Jakcard. Lalu saya beli Jakcard di pameran,
terus saya mau top-up , eh ngga bisa... jaringannya error gitu lah. Bukan hanya
satu kali saya mau top-up gagal, tapi tiga kali :’D Saya nyamperin tiga stand
bank DKI yang berbeda untuk mencoba top-up dan ngga ada satupun yang berhasil.
30ribu nih. Harga kartunya 10ribu, Saldonya 20ribu
Ujung-ujungnya saya ngga belanja buku sama sekali pada hari itu. Karena saya pikir,
belanjanya memang pure non-tunai.
Salah saya juga sih ngga nanya “Bisa pake
cash ngga?” ah.. ternyata saya lugu :\
Akhirnya karena ngga dapat apa-apa, saya nyamperin Pusat Informasi untuk minta jodoh, eh ngga deng untuk ngambil hadiah kuis. Jatahnya
dapat paket buku. YAY! ALHAMDULILLAH, LUMAYAN. Saat menunggu hadiah di
Pusat Informasi. Saya melihat banyak hal.
SATU : ADA ANAK HILANG! Kacian sekali :’( Ibunya mungkin saking serunya belanja, anaknya sampe kelupaan. Ketika saya di pusat informasi, anak tersebut sedang duduk di kursi sambil tertidur dan dijagain sama mas-mas kasep. Aduh, masnya minta diajak ke KUA. Kelihatan banget protective and carenya sama anak orang, lah gimana sama anak sendiri? *lost focus too much din.
SATU : ADA ANAK HILANG! Kacian sekali :’( Ibunya mungkin saking serunya belanja, anaknya sampe kelupaan. Ketika saya di pusat informasi, anak tersebut sedang duduk di kursi sambil tertidur dan dijagain sama mas-mas kasep. Aduh, masnya minta diajak ke KUA. Kelihatan banget protective and carenya sama anak orang, lah gimana sama anak sendiri? *lost focus too much din.
DUA : BANYAK IBU-IBU YANG KEHILANGAN TEMENNYA. Jadi,
ibu-ibu yang kehilangan temennya pada berbondong-bondong ke pusat informasi buat manggilin
temannya itu.
"Aduh, saya ngga tau jalan pulang lagi, tadi kesininya bareng-bareng."
sehingga...
"Panggilan kepada bu Cucu dari Jembatan Besi ditunggu bu Cici di Pusat Informasi, terima kasih."
Saya curiga, Jakbook tahun ini satu-satunya
Jakbook terdrama sepanjang sejarah.
Singkatnya…saya ngga jadi dapat paket buku…saya malah dapatnya
goodie bag, yang berisi kaos JakBook. Hmm.. agak sedih sih, tapi yaudahlah
ternyata rezekinya memang hanya kaos.
ini dia goodie bagnya. maap yang miring, malas nge-rotate :')
tjakep bener ya quotenya?
Kalau pake kaos ini, berasa jadi panitia jakbook tau :'D
Kenapa sih emang kok jadi bisa dapat kaos?Karena panitia yang ngurusin hadiahnya lagi keluar—ya pameran hari itu benar-benar crowded bin hectic—dan (mungkin) saya terlihat sudah menunggu terlalu lama di pusat informasi dan panitia di pusat informasinya kasihan sama saya maka hadiah paket buku bertransformasi menjadi sebuah goodie bag yang berisi kaos, sticker Jakbook dengan jumlah yang buanyak, serta majalah edisi lama :/ Heuh.
Yang ngasih
admin Jakbooknya langsung loh *lah terus*
Setelah itu saya memutuskan pulang, ngga nenteng belanjaan
sama sekali…Cuma nenteng goodie bag dan JakCard yang berguna buat tiket busway…
Dan nenteng kelelahan karena muter-muter di pameran. Yes guys, walau pamerannya
hectic tetap saja muter-muter ngeliatin berbagai stand disana cukup bikin lelah.
Namun, cerita belum berhenti. Karena Kamis, 30 Juli 2015
saya pergi ke pameran lagi. Gimana ceritanya? Tungguin aja ya~
Cheers,
ANR
Cheers,
ANR
kereeennn.. update terus mbk hehee
BalasHapusKeren ih, tapi berarti rame segitu Kak, di Bandung mah apa, penerbit terkenalnya juga sedikit, banyakan penerbit regional yang sasarannya anak-anak.
BalasHapusEh, ke Popcon nggak Kak? :D
Yoi rame bangett...sama ibu-ibu...
HapusAku ngga ke popcon nih, kasian dompet kalau aku ke popcon haha
Ah festival buku. Sebuah surga dunia!
BalasHapus