Judul : (Bukan) Salah Waktu
Penulis : Nastiti Denny
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Halaman : viii + 248 hal
Harga : Rp 46,000
Tahukah kau, Sayang ....
Aku mencintaimu lebih dari apa pun. Aku rela kehilangan
segalanya, kecuali kamu. Aku sanggup melepas duniaku demi dunia kita bersama.
Namun, ketika waktu bergulir tanpa bisa dibendung, ketika
kenyataan memaksa untuk dipahami, ketika kesalahan memohon untuk dimaafkan,
kurasa aku tak sanggup, sayang..
Entahlah, siapa yang harus memahami dan mengalah. Mungkin
aku butuh seribu cara untuk mengobati luka hati ini.
Sinopsis
Prabu dan Sekar merupakan sepasang suami istri yang telah menikah
selama dua tahun. Keduanya bekerja di bidang yang sama, pelayaran
internasional. Sekar memutuskan berhenti dari pekerjaannya karena ingin menjadi
ibu rumah tangga seutuhnya. Sebagai sepasang suami istri, openness merupakan unsur utama. Sekar dan Prabu mempunyai rahasia
masing-masing. Sekar tidak tahu rahasia Prabu, Prabu tidak tahu rahasia Sekar.
Seharusnya impas kan? Tapi, seperti yang kita tahu, sepandai-pandainya seorang
menutup rahasia, lama-kelamaan rahasia tersebut pasti akan tercium juga.
Laras merupakan masa lalu Prabu, tiba-tiba datang kembali ke kehidupan
Prabu dengan membawa kejutan yang tak bisa dibilang manis. Kejutan apa yang
dibawa Laras? Apakah Laras ingin meminta Prabu untuk kembali bersamanya?
Bram merupakan pria yang sedang dekat
dengan Miranda—sahabat Sekar, tak disangka Bram malah tertarik dengan Sekar. Dan
ternyata…Sekar juga merasakan perasaan aneh saat bersama Bram, sebelum Bram
bertindak sedikit kasar kepada Sekar. Bagaimana selanjutnya?
Review
(Bukan) Salah Waktu merupakan naskah
pilihan dari lomba novel Wanita Dalam
Cerita yang diadakan Bentang Pustaka. Yuk nge-review!
Cover novel simple tapi menarik—sebuah
jam weker kecil, beberapa angka acak, dan tagline yang sangat manis : tak ada yang salah di antara kita, kecuali
masa lalu. Ah..Aku suka taglinenya! Kalau dari segi Blurb? Touching abis. Setelah aku beres baca
buku ini, aku harap kalimat di blurb itu dari Prabu untuk Sekar. :’)
POV orang ketiga dengan alur
cerita maju-mundur yang memperkuat cerita. Alur cerita mundur ditandai dengan
tulisan yang di-italic.
Pendeskripsian setting bisa
dibilang detail, misalnya saat mendeksripsikan Rumah Sekar-Prabu yang berlokasi
di Bintaro. Mba Nastiti sukses mendeskripsikan bagian-bagian rumah tersebut
dengan apik. Detail waktunya juga lengkap, di setiap bab pasti ada kata ‘pukul’ untuk penanda waktu. Tema dan
konsep cerita yang dipilih keren, kehidupan pernikahan dan kisah masa lalu
sebagai dasar pemicu konflik cerita.
Rahasia yang ditutupi Prabu dan Sekar sebenarnya bisa dibilang jomplang, rahasia Prabu sungguh lebih complicated daripada rahasia Sekar. Rahasia Sekar bikin aku jadi iba :’) Rahasia Prabu bikin nyeseeek woy! Rahasia Sekar yang baru diketahui Prabu langsung tenggelam saat Sekar mengetahui secercah rahasia Prabu. Menurutku, penulis terlalu fokus sama rahasia Prabu, padahal rahasia Sekar bisa digali lagi lebih dalam.
Rahasia yang ditutupi Prabu dan Sekar sebenarnya bisa dibilang jomplang, rahasia Prabu sungguh lebih complicated daripada rahasia Sekar. Rahasia Sekar bikin aku jadi iba :’) Rahasia Prabu bikin nyeseeek woy! Rahasia Sekar yang baru diketahui Prabu langsung tenggelam saat Sekar mengetahui secercah rahasia Prabu. Menurutku, penulis terlalu fokus sama rahasia Prabu, padahal rahasia Sekar bisa digali lagi lebih dalam.
Bagian favoritku dalam novel ini
adalah saat Prabu menulis pesan di kertas karena merasa rindu pada Sekar yang
pergi :’) Sisi romantis Prabu keluar banget.
Kalau aku bilang flu jangan percaya, deh. Aku cuma pengin dipeluk aja,
sih, sebenarnya.-Prabu
(hal 169)
Kelemahan novel ini adalah
pendeskripsian fisik Sekar-Prabu yang tidak detail. Ah sayang sekali, andai
detail, kayanya aku bakal jatuh cinta sama Prabu. Tapi...Giliran deskripsi
Bram, yang notabene-nya bukan pemeran utama banget, malah detail. Sayang banget
kan?
Ada Deskripsi kecil di novel ini
yang kurang diperhatikan, misalnya Panti Asuhan yang namanya Jalin Kasih jadi
Tali Kasih. Ayah Sekar namanya Alex, temen Bram namanya Alex juga, aku kira
orang yang sama ternyata beda. Intinya, ada beberapa hal kecil yang tidak
konsisten.
Ada bagian yang susah dicerna
sehingga harus dibaca ulang dan mikir maksud
bagian ini apa ya? Penceritannya masih belum luwes, tapi tak masalah..
Selebihnya? All iz well mba Nastiti!
0 komentar:
Posting Komentar