***
Ibu menceritakan kepadaku mengenai apa yang dilihatnya tadi pagi ketika sedang berbelanja di pasar tradisional. Kata ibu, ia melihat sekumpulan MANUSIA yang tengah merencanakan strategi untuk melakukan demo memprotes kenaikan harga cabe di pasaran. Manusia-manusia itu tidak lain dan tidak bukan adalah teman arisan dan warga kompleks tempat aku dan ibuku tinggal.
Aku bertanya kepada ibu “lalu kenapa ibu tidak ikut bergabung untuk melakukan demo?” kataku terkekeh membayangkan jika ibu ikut turut serta demo bersama “tante-tante rempong” itu.
“ah tidak perlu, toh suara protes ibu sudah diwakilkan juga kan sama kenaikan uang belanja oleh ayahmu?” aku berpikir sejenak, oh jadi ini alasannya kenapa ibu tidak ikut demo. Ibu oh ibu..
“lalu mana SETENGAH kg telur yang ibu suruh kamu untuk beli?”
“ohh ya.. masih ada di keranjang sepeda. Sebentar aku ambilkan”
Lalu aku beranjak ke garasi untuk mengambil seplastik telur setengah kg itu. Aku memberikannya dan lanjut diskusi dengan ibu “Bu, benda-benda ternyata perlu ‘move on’ ya..”
“masa? Kok gitu?”
“ya aku berpikir begitu bu.. coba kita ambil contoh telur yang sedang ibu pecahkan untuk membuat kue itu. Telur itu dari ayam petelur, lalu telurnya dipisahkan dari ayam, dipilih yang bagus, didistribusikan, dijual, akhirnya dibeli oleh konsumen dan digunakan konsumen. Ya kan? Beberapa kali telur itu secara tak langsung mengalami proses berpindah? Lebih dari lima kali.. benda-benda yang lain juga begitu menurutku.. gampangnya pindah dari produsen ke distributor ke konsumen”
”good analysis.. berarti orang yang ga bisa ’move on’ itu kalah ya sama Telur, telur aja rela pindah-pindah haha” aku menyetujui apa yang ibu katakan.
Lalu aku beranjak ke meja makan, membuka tudung saji dan melihat ada sepiring SALMON Fillet yang yummmyyy yummmyy banget. I need eat after got quality time with my best mother! Yeppp!
0 komentar:
Posting Komentar