Tahun kedua ikut serta dalam CPNS.
Tahun pertama, dalam percobaan pertama tak disangka bisa
tembus hingga Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).
Tahun kedua, tes hari ini, di awal bulan November yang
indah, saya harus merelakan keinginan saya tembus SKB karena…..HUFTTTTT… ASTAGA
SKD (Seleksi Kompetensi Dasar) AJA GAGAL!!
Ketika percobaan pertama berhasil memang bukanlah jaminan
akan berhasil juga di percobaan kedua. Ya sudahlah memang rezekinya begini.
Tidak terlalu patah hati banget sih.
Malah ada hal lain yang lebih bikin saya patah
hati daripada hal ini, saya akan sampaikan nanti di akhir paragraf.
Tahun Pertama
Tahun lalu, saya memilih instansi BKKBN, lokasi penempatan
Pusat dengan jumlah yang diterima sebanyak 8 orang di jabatan yang saya pilih.
Sebagai sarjana dari jurusan yang jikalau muncul di formasi
CPNS kuotanya seiprit-iprit ya saya hanya bisa gigit jari.
Jreng… Tiba-tiba ada revisi dari BKKBN sehingga jabatan yang
saya pilih dengan jumlah awal yang diterima adalah 8 menciut menjadi 2. Ya
nasib…
Singkat cerita, nilai SKD saya melewati passing grade,
rincian : TWK = 80, TIU = 115, TKP = 158 dengan jumlah total 353.
Tahun lalu, saat melihat hasil skor ini setelah menyelesaikan
seluruh soal ujian jelas senang. Inget banget, tahun lalu satu hal yang diniatkan
dalam mengikuti CPNS adalah : ini untuk pemanasan otak.
Ya maklum, lulus tahun 2016, awal tahun 2017 langsung kerja,
yang mana kerjanya ngga perlu butuh buka-buka buku, jadi ya ngga belajar lah
sepanjang tahun. Kasarnya seperti itu.
Dan ternyata…otak saya cukup panas karena berhasil melewati
segala soal SKD. Uhhh Me so proud to myself~
Syarat lanjut SKB adalah :
1. Lulus passing grade TWK, passing grade TIU dan passing grade TKP
2. 3 x dari jumlah formasi
Yang berarti kalau di formasi yang saya ambil, yang berhak
lanjut ke SKB 3 x 2 = 6 orang.
Lulus SKD tapi saya ngga ada ngarep-ngarepnya untuk bisa
lanjut SKB. Ya tahu diri aja sih.
Pas pengumuman selanjutnya, JRENG… ternyata saya berhak ikut
SKB. Percaya ngga percaya, jelas.
Di jabatan yang saya ambil, ada 27 orang yang berhak ikut SKB
dengan jumlah formasi yang tertulis menjadi 9.
Deh, lieur ngga tuh? KOK 8 TERUS JADI 2 TERUS TIBA-TIBA JADI 9? HMM..
Saya ada di urutan ke-20 dari 27.
Berhasil tembus SKB itu tuh, ya ampun semacam bangga gitu
loh ya sama diri sendiri. Wagelasih, dari yang pas SKD ngga terlalu berharap
apa-apa, mendadak jadi ngarep banget. Ngarep setinggi-tingginya untuk lulus SKB
dan diterima jadi CPNS BKKBN. Selangkah lagi gitu loh...
Hingga JRENG… tiba saatnya pengumuman akhir.
Di pengumuman akhir, di jabatan saya yang diterima tenyata cuma
2 orang!! Berarti kembali pada kuota di pengumuman revisi. Bukan 9 orang ataupun 8 orang.
Pada akhirnya, saya berada di urutan ke-21 dari 27.
Agak kzl bin dongkol sih, jelas merasa di PHP-in.
Kalau yang diterima ujungnya cuma 2 orang, kenapa sih harus meloloskan
ke SKB sebanyak 27 orang? Harusnya kan cuma 6 saja T_T
Udah mengkhayal tinggi-tinggi tapi jatuh gedebug.
Kzlnya itu aja.
Kalau ambil dari sisi positifnya, Allah Maha Baik. Langsung
diberi kesempatan hingga ke SKB di percobaan pertama. Ngerasain aura-aura SKB.
Bangga pokoknya, ya walaupun gagal. :')
Tahun Kedua
Pada awal masa pendaftaran, pejuang CPNS 2018 pasti pernah
merasakan bagaimana lemot puarahnya SSCN. Sampai berpikir : "apakah ini pertanda?" *pertanda apaan woy*
Satu demi satu Instansi mengeluarkan pengumuman alokasi
formasi, BKKBN adalah instansi yang wajib saya lirik. Untuk penempatan di
Pusat, jabatan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan saya hanya diberikan jatah
penerimaan sebanyak 1 orang. Tapi untuk penempatan di Jawa, cukup banyak jatah
penerimaannya.
Di Jawa Barat 62 orang, Jawa Tengah 160 orang, Jawa Timur 70
orang.
Masih ada hal-hal yang memberatkan, sehingga saya tidak
memilih formasi dengan penempatan di daerah tersebut.
Tahun ini, Pemprov DKI ikut serta dalam penerimaan CPNS.
Agak gregetan dengan Pemprov ini ketika pengumuman penerimaan, pengumuman
alokasinya itu terlalu ngaret hhhh.
Tapi ya sudahlah, dimaafkan karena jurusan saya ada di
formasi yang diterima *uh *terharu.
Saat lihat persyaratannya, eh harus punya nilai TOEFL? TOEFL Prediction pun gapapa dengan skor minimal 400.
Duh, ngga punya.
Mau ikutan CPNS, tapi malas ikut TOEFL...... *niat ngga sih lau
din din??*
Hingga ada satu titik balik yang membuat saya : yaudahlah,
lepasin aja lah peluang CPNS tahun ini.
Oke ngga jadi ikut.
Tapi ngga semudah itu melepaskan peluang yang bahkan peluang kita diterimanya sih sebenarnya 0.0000001%. Serius lu ini serius? Ngelepasin? Serius?
Cukup dia saja lah yang engkau lepaskan dan tak kau perjuangkan din.
JRENG.
Pendaftaran CPNS diperpanjang hingga 15 Oktober 2018.
Oke. Ubah keputusan. Mari partisipasi.
Setelah browsing-browsing, saya menemukan YEC yang
menyediakan fasilitas tes TOEFL Prediction secara online, tapi ya tidak ada
jaminan sertifikat yang dikeluarkan oleh YEC dianggap sah sebagai syarat
administrasi yang diajukan instansi.
Saya ambil tes TOEFL dengan fasilitas YEC ini secara online dan Alhamdulillah nilainya di atas skor minimal yang ditetapkan Pemprov. Sesudah mengantongi skor TOEFL, lanjut saya lengkapi semua administrasi
yang lain, selesaikan pendaftaran pada tanggal 12 Oktober 2018. 3 hari sebelum pendaftaran ditutup. Niat tidak niat ya, din...
Dan ya, nothing to lose. Toh awalnya emang
udah ada niat untuk tidak ikut CPNS tahun ini, kalau pun akhirnya gagal
administrasi, saya tahu penyebabnya adalah karena sertifikat TOEFL yang mungkin tidak memenuhi syarat dan saya udah siap dengan hal
tersebut.
Pengumuman seleksi administrasi pun keluar, ehhhhh ada nama
saya lulus seleksi administrasi. Baiq.
Setelah tahu pengumuman kelulusan, baru lah saya mulai
belajar materi SKD kembali.
Hari ini / 1 November 2018
Berseliweran kabar bahwa tahun ini yang menjadi momok di SKD
bukanlah TWK melainkan TKP. Kzl ngga yu? TKP itu kan biasanya sebagai lumbung
nilai, kok bisa-bisanya menjadi momok dan membuat gagal peserta?
Awalnya saya ngga terpengaruh tentang hal tersebut, tapi
menjelang hari ujian malah jadi sedikit sibuk mencari-cari informasi kenapa TKP bisa
menyebabkan kegagalan dan gimana trik menghadapi TKP tahun ini.
Hasil yang saya dapatkan, katanya : Jauhi jawaban malaikat.
Biasanya, poin tertinggi dalam TKP adalah jawaban-jawaban bak malaikat, tapi
tahun ini katanya, kalau kamu kaya malaikat, kamu bakal dapat poin kecil.
Dan itu terdoktrin di pikiran saya.
Hingga saat saya mengerjakan soal TKP hari ini, saya beneran
menghindari jawaban malaikat, pas saya klik “Selesai Ujian” dan keluar
nilainya. jreng…… nilai TKP saya 110.
I feel so dumb.
Sementara nilai TWK saya 130, TIU 105.
Cuy. TWK saya meningkat 50 poin loh dari tahun lalu.
Tapi... TKP menghancurkanku :) Tq :)
Saya ngga tahu sih kalau saya tetap memilih jawaban-jawaban bak malaikat nilai TKP saya tadi jadi berapa, tapi yang agak saya sesali adalah ya itu..saya
terlalu terdoktrin dengan jauhi jawaban malaikat. asli. Harusnya ngga kaya
gitu.
Pada akhirnya.
Ya sudah.
#2019GagalJadiASN #2019SekolahLagiAjaLah
Kalau pada akhirnya saya tidak tembus-tembus jadi PNS, Mama,
mari kita cari menantu PNS aja lah ya. Oqe?
***
Hari ini saya patah hati bukan karena gagal SKD,
melainkan ketika saya membuka sebuah chat di LINE Grup, saya mendapatkan
informasi bahwa Ayahnya tutup usia. Chatnya dari tanggal 30, Cuma baru saya baca hari ini. Telat, tapi tetap patah hati.
Semoga Ayahnya diterima di sisi terbaikNya. Dia, ibunya dan
adik-adiknya diberi kekuatan dalam melewati semua ini.
Kata dia : InsyaAllah kami sekeluarga sudah mengikhlaskan
kepergian Ayah :)
Saya curiga diam-diam dia menyisipkan bawang secara online
ketika mengirim chat tersebut kepada saya, karena saya mendadak sedih dan
bawaannya ingin memberikan bahu saya untuk dia bersandar. (._.)/| *SAPE ELU*